LAPORAN
PENDAHULUAN
THALASEMIA
OLeh : Cecep Tamahaya S.Kep.,Ners
Endang Hulaepi S.Kep.,Ners
1.
KONSEP
TEORI
A.
DEFINISI
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik
herediter yang diturunkan secara resesif, secara molekuler dibedakan menjadi
thalasemia alfa dan beta, sedangkan secara klinis dibedakan menjadi thalasemia
mayor dan minor (Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran, 2000)
B.
KLASIFIKAS
(Guyton & Hall, 1997)
1.
Talasemia major, paling serius. Ia juga dikenali sebagai Cooley's
anemia sempena nama doktor yang mula-mula menjumpai penyakit ini pada tahun
1925. Talasemia major merujuk kepada mereka yang mempunyai bakat talasemia
sepenuhnya dan menunjukkan tanda-tanda talasemia
2.
Talasemia intermedia, Cooley's anemia yang sederhana.
3.
Talasemia minor, tidak mempunyai gejala tetapi terdapat perubahan
dalam darah. talasemia minor merujuk kepada mereka yang mempunyai kecacatan gen
talasemia tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda talasemia atau pembawa.
C.
ETIOLOGI
Adapun etiologi dari thalasemia adalah faktor genetik
(herediter). Penyebab kerusakan tersebut karena hemoglobin yang
tidak normal (hemoglobinopatia ) dan kelainan hemoglobin ini karena adanya gangguan
pembentukan yang disebabkan oleh ;
1.
Gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal) misalnya :
Pada HBS,HbF, HbD.
2.
Gangguan jumlah (salah satu atau beberapa) rantai globin seperti pada
thalasemia.
Penyebab Talasemia Beta major
Talasemia major berlaku apabila gen yang cacat
diwarisikan dari kedua orangtua. Jika ibu atau bapak merupakan pembawa ciri
Talasemia, maka mereka akan menurunkan ciri ini kepada anak-anak mereka.
D.
PATOFISIOLOGI
Hemoglobin paska kelahiran yang normal terdiri dari dua rantai alpa dan beta
polipeptide. Dalam beta thalasemia ada penurunan sebagian atau keseluruhan
dalam proses sintesis molekul hemoglobin rantai beta. Konsekuensinya adanya
peningkatan compensatori dalam proses pensintesisan rantai alpa dan produksi
rantai gamma tetap aktif, dan menyebabkan ketidaksempurnaan formasi hemoglobin.
Polipeptid yang tidak seimbang ini sangat tidak stabil, mudah terpisah dan
merusak sel darah merah yang dapat menyebabkan anemia yang parah. Untuk
menanggulangi proses hemolitik, sel darah merah dibentuk dalam jumlah yang
banyak, atau setidaknya bone marrow ditekan dengan terapi transfusi. Kelebihan
fe dari penambahan RBCs dalam transfusi serta kerusakan yang cepat dari sel
defectif, disimpan dalam berbagai organ (hemosiderosis).
Pathway
(Terlampir)
E.
MANIFESTASI
KLINIK
Semua thalassemia memiliki gejala
yang mirip, tetapi beratnya bervariasi.
Sebagian besar penderita mengalami anemia yang ringan.
Sebagian besar penderita mengalami anemia yang ringan.
Pada bentuk yang lebih berat,
misalnya beta-thalassemia mayor, bisa terjadi sakit kuning (jaundice), luka
terbuka di kulit (ulkus, borok), batu empedu dan pembesaran limpa.
Sumsum tulang yang terlalu aktif
bisa menyebabkan penebalan dan pembesaran tulang, terutama tulang kepala dan
wajah. Tulang-tulang panjang menjadi lemah dan mudah patah.
Anak-anak yang menderita
thalassemia akan tumbuh lebih lambat dan mencapai masa pubertas lebih lambat
dibandingkan anak lainnya yang normal.
Karena penyerapan zat besi
meningkat dan seringnya menjalani transfusi, maka kelebihan zat besi bisa
terkumpul dan mengendap dalam otot jantung, yang pada akhirnya bisa menyebabkan
gagal jantung.
Secara umum, tanda dan gejala yang dapat dilihat antara
lain:
-
Letargi
-
Pucat
-
Kelemahan
-
Anoreksia
-
Sesak nafas
-
Tebalnya tulang kranial
-
Pembesaran limpa
-
Menipisnya tulang
kartilago
F.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
a. Studi
hematologi : terdapat perubahan – perubahan pada sel darah merah, yaitu
mikrositosis, hipokromia, anosositosis, poikilositosis, sel target, eritrosit
yang immature, penurunan hemoglobin dan hematrokrit.
b. Elektroforesis
hemoglobin : peningkatan hemoglobin
c. Pada
thalasemia beta mayor ditemukan sumsum tulang hiperaktif terutama seri
eritrosit. Hasil foto rontgen meliputi perubahan pada tulang akibat hiperplasia
sumsum yang berlebihan. Perubahan meliputi pelebaran medulla, penipisan
korteks, dan trabekulasi yang lebih kasar.
d. Analisis
DNA, DNA probing, gone blotting dan pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)
merupakan jenis pemeriksaan yang lebih maju.
G.
PENATALAKSANAAN
- Transfusi
sel darah merah (SDM) sampai kadar Hb sekitar 11 g/dl. Pemberian sel darah
merah sebaiknya 10 – 20 ml/kg berat badan.
- Pemberian
chelating agents (Desferal) secara intravena atau
subkutan. Desferiprone
merupakan sediaan dalam bentuk peroral. Namun manfaatnya lebih rendah dari desferal dan memberikan bahaya
fibrosis hati.
- Tindakan
splenektomi perlu
dipertimbangkan terutama bila ada tanda – tanda hipersplenisme atau kebutuhan transfusi meningkat atau karena
sangat besarnya limpa.
- Transplantasi
sumsum tulang biasa dilakukan pada
thalasemia beta mayor.
H.
ASUHAN
KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN/ANAMNESA
a. Melakukan
pemeriksaan fisik.
b. Kaji
riwayat kesehatan, terutama yang berkaitan dengan anemia dan riwayat penyakit
tersebut dalam keluarga
c. Observasi
gejala penyakit anemia.
d. Pengkajian
Umum
- Pertumbuhan
yang terhambat
- Anemia
kronik.
- Kematangan
seksual yang tertunda.
e. Krisis
Vaso-Occlusive
- Sakit
yang dirasakan
- Gejala
yang berkaitan dengan ischemia dan daerah yang berhubungan.
Ekstremitas:
kulit tangan dan kaki yang mengelupas disertai rasa sakit yang menjalar.
Abdomen
: sakit yang sangat sehingga dapat dilakukan tindakan pembedahan
Cerebrum : stroke, gangguan penglihatan.
Pinggang : gejalanya seperti pada penyakit paru-paru
basah.
Liver : obstruksi jaundise, koma hepatikum.
Ginjal : hematuria.
f. Efek
dari krisis vaso-occclusive kronis adalah:
- Hati:
cardiomegali, murmur sistolik
- Paru-paru:
gangguan fungsi paru-paru, mudah terinfeksi.
- Ginjal:
ketidakmampuan memecah senyawa urin, gagal ginjal.
- Genital:
terasa sakit, tegang.
- Liver:
hepatomegali, sirosis.
- Mata:
ketidaknormalan lensa yang mengakibatkan gangguan penglihatan, kadang
menyebabkan terganggunya lapisan retina dan dapat menyebabkan kebutaan.
- Ekstremitas:
perubahan tulang-tulang terutama bisa membuat bungkuk, mudah terjangkit virus
salmonela osteomyelitis.
2.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi menurut Wilkinson, J.M (2007) Nursing
Interventions Classification (NIC) dan hasil yang diharapkan menurut Nursing
Outcomes Classification (NOC) antara lain :
a.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan,
diharapkan nutrisi pasien adekuat
NOC : Status nutrisi
Kriteria hasil :
a)
Tidak terjadi penurunan berat badan
b)
Asupan nutrisi adekuat
c)
Tidak terjadi tanda-tanda malnutrisi
Skala :
1 = Tidak
adekuat
2 = Ringan
3 = Sedang
4 = Kuat
5 = Adekuat
total
NIC : Pengelolaan nutrisi
Intervensi
-
Kaji status nutrisi pasien
-
Ketahui makanan kesukaan pasien
-
Anjurkan makan sedikit tapi sering
-
Timbang berat badan dalam interval yang tepat
-
Sajikan makanan selagi hangat dan dalam bentuk yang
menarik
-
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang
tepat.
b.
Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan suplay O2 dengan kebutuhan.
Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan, diharapkan pasien dapat beraktivitas seperti biasa.
NOC : Penghematan energi
Kriteria hasil :
a)
Menyadari keterbatasan energi
b)
Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat
c)
Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas
Skala :
1 = Tidak sama sekali
2 = Jarang
3 = Kadang
4 = Sering
5 = Selalu
NIC :
Pengelolaan energi
Intervensi :
-
Tentukan penyebab keletihan (misalnya karena
perawatan, nyeri, dan pengobatan)
-
Pantau respon O2 pasien terhadap aktivitas perawatan diri
-
Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan waktu
-
Bantu dengan aktivitas fisik teratur (misal berubah
posisi sesuai kebutuhan).
-
Batasi rangsang lingkungan (kebisingan)
-
Berikan istirahat adekuat
-
Pantau asupan nutrisi untuk memastikan keadekuatan sumber energi.
c. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
penurunan kadar Hb
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan perfusi
jaringan efektif.
NOC : Perfusi jaringan : perifer
Kriteria hasil :
a)
Kulit utuh, warna normal
b)
Suhu ekstrim, hangat
c)
Tingkat sensasi normal
Skala :
1 = Ekstrem
2 = Berat
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = Tidak
terganggu
NOC : Penatalaksanaan sensasi perifer
Intervensi :
-
Kaji tingkat rasa tidak nyaman
-
Pantau adanya kesemutan
-
Pantau penggunaan alat yang panas atau dingin
-
Periksa kulit setiap hari dari adanya perubahan
integritas kulit
-
Diskusikan dan identifikasi penyebab dari sensasi
tidak normal atau perubahan sensasi.
d.
Resiko infeksi berhubungan dengan
perubahan sekunder tidak adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan, diharapkan tanta-tanda infeksi terjadi.
NOC : Pengendalian resiko
Kriteria hasil :
a)
Mendapatkan imunisasi yang tepat
b)
Terbebas dari tanda dan gejala infeksi
c)
Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko
Skala :
1 = Tidak
pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
NIC : Pengendalian Infeksi
Intervensi :
-
Ajarkan pada klien dan keluarga tanda dan gejala
terjadinya infeksi dan kapan harus melaporkan kepada petugas
-
Pertahankan teknik isolasi
-
Berikan terapi antibiotik bila diperlukan
-
Informasikan kepada keluarga kapan jadwal imunisasi
-
Jelaskan keuntungan dan efek dari imunisasi.
e.
Resiko kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan perubahan sirkulasi
Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan, diharapkan tidak terjadi
kerusakan integritas kulit.
NOC : Pengendalian resiko
Kriteria hasil :
a)
Memantau factor resiko dari perilaku dan lingkungan
yang memperparah kerusakan integritas kulit.
b)
Mengenal perubahan pada stadium kesehatan
Skala :
1 = Tidak pernah dilakukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang-kadang dilakukan
4 = Sering dilakukan
5 = Dilakukan secara konsisten
NIC : Surveilans kulit
Intervensi :
1.
Kaji adanya faktor resiko yang dapat menyebabkan
kerusakan kulit
2.
Pantau kulit dari adanya ruam dan lecet, warna dan
suhu, area kemerahan.
f.
Kurang pengetahuan berhubungan
dengan tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan, diharapkan pengetahuan pasien dan keluarga bertambah.
NOC : Pengetahuan : Proses
penyakit
Kriteria hasil :
a.
Mengenal nama penyakit
b.
Deskripsi tanda & gejala
c.
Deskripsi proses penyakit
d.
Deskripsi faktor penyebeb
e.
Deskripsi cara meminimalkan perkembangan penyakit
Skala :
1 = Tidak
pernah menunjukkan
2 = Jarang
menunjukkan
3 = Kadang
menunjukkan
4 = Sering
menunjukkan
5 = Selalu
menunjukkan
NIC : Pembelajaran proses
penyakit
Intervensi :
-
Jelaskan tanda dan gejala penyakit.
-
Jelaskan proses penyakit
-
Identifikasi penyebab penyakit
-
Beri informasi mengenai
kondisi pasien
-
Beri informasi tentang hasil pemeriksaan diagnostik.
DAFTAR
PUSTAKA
Guyton & Hall.1997. Fisiologi Kedokteran (Ed. 9). Jakarta : EGC
Guyton, Arthur C. (2000). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 9.Jakarta :
EGC
Mansjoer, Kapita
selekta kedokteran Ed 3, jilid 2 Media Aesculapius Jakarta : 2000
Nanda. 2006. Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi
dan Klasifikasi. Yogyakarta : Prima Medika
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta
: EGC
Nursalam.
(2005). Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak (untuk perawat dan bidan). Salemba
Medika : Jakarta
0 comments :
Posting Komentar