LAPORAN PENDAHULUAN
IMUNISASI
OLeh : Cecep Tamahaya S.Kep.,Ners
Endang Hulaepi S.Kep.,Ners
1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap
antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen-antigen serupa tidak terjadi penyakit (Nakita, 2006).
Imunisasi
dasar adalah suatu cara atau usaha memberikan kekebalan pada bayi dan akan kebal terhadap penyakit tertentu
(Stephanie, 2003).
2. Manfaat Imunisasi
A. Manfaat dari imunisasi
diantaranya:
1)
Untuk anak
Mencegah
penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
2)
Untuk Keluarga
Menghilangkan
kecemasan dan psikologis pengobatan bila anak sakit.
3)
Untuk Negara
Memperbaiki
tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan
pembangunan Negara.
B. Manfaat 5 Imunisasi dasar :
1. Menetralkan
bahannya sebelum bisa memasuki sel
2. Mengenali
dan menghancurkan sel yang telah terinfeksi sebelum agen ini dapat berbiak
3. Pertahanan
imun non spesifik
4. Menguatkan
atau meningkatkan system imun alami yang dihasilkan tubuh
5. Mencegah
penyakit infeksi
3. Macam-Macam Imunisasi
Imunisasi dibagi menjadi 2 macam
yaitu:
1)
Imunisasi Aktif
Adalah
dimana tubuh akan membuat sendiri kekebalan terhadap penyakit setelah suntikan
antigen (bahan yang dapat menimbulkan kekebalan) dan dapat bertahan selama
bertahun-tahun.
2)
Imunisasi Pasif
Adalah
dimana tubuh tidak membuat sendiri kekebalan terhadap penyakit tetapi mendapatkannya dari orang lain. Misalnya kolostrum (ASI yang pertama keluar berwarna kekuning-kuningan) yang
diberikan oleh ibu pada bayi yang dapat melindungi
bayi dari diare dan penyakit infeksi lainnya.
4. Kerugian Bila Tidak Melakukan 5 Imunisasi Dasar :
Bayi atau
balita yang tidak diberikan imunisasi akan mudah terserang penyakit infeksi.Apalagi pada bayi yang
system kekebalan tubuhnya belum matang (masih berkembang),kemampuan
fagositosis memang sudah matur tetapi proses inflamasi tidak adekuat dan tidak mampu melokalisasi infeksi.
Sehingga jika
bayi atau balita tidak diimunisasi, bila terkena mikroorganisme maka tubuh tidak dapat mengenali dan
menghancurkan mikroorganisme yang masuk dan
akan berkembang biak.
Jadwal Pemberian
Imunisasi Wajib Pada Anak Usia Infant (0-1 Tahun)
Menurut Markum
(2002)
VAKSIN
|
PEMBERIAN
|
INTERVAL
|
UMUR (bln)
|
KETERANGAN
|
BCG
|
1x
|
|
0 – 11 bulan
|
Minimal tidak ada batasan
|
DPT
|
3x
|
|
2 – 11 bulan
|
lengkapi
|
Polio
|
4x
|
4 Minggu (minimal)
|
0 -
11 bulan
|
sebelum umur 1 tahun
|
Campak
|
1x
|
4 Minggu (minimal)
|
9 – 11 bulan
|
|
Hepatitis B
|
3x
|
1 dan 6 Bulan dari suntikan pertama
|
0 – 11 bulan
|
|
5. Jenis – Jenis Imunisasi
Dasar
1. BCG
(Bacillus Calmette Guerin)
Bacillus
Calmette Guerin adalah vaksin yang hidup dibuat dari Mycobacterium bovis yang dibiakkan selama 1-3 tahun sehingga
didapat basil yang tidak virulen yang
tidak dapat menimbulkan virus penyakit tetapi masih mempunyai imunogenitas. Vaksinasi BCG menimbulkan
sensitivitas terhadap tuberculin (Markum, 2002).
Vaksin
BCG ini berisi suspensi Mycobacterium Bovis hidup yang sudah dilemahkan. Vaksin BCG tidak mencegah infeksi
tuberkolosis tetapi mengurangi resiko
tuberkolosis berat seperti meningitis tuberkolosis dan tuberkulosis
millier. Efek proteksi
timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan. Efek proteksi bervariasi antara 0-80% (Markum, 2002).
Gejala umum yang muncul pada penderita TBC
:
1.
BB menurun tanpa sebab jelas
2.
Nafsu makan berkurang
3.
Demam lama atau berkurang
4.
Pembesaran kelenjar
5.
Batuk lebih dari 3 minggu
6.
Kontak erat penderita TBC
dewasa
7.
BCG à 3 – 2 hari kemerahan.
2)
Cara Pemberian Imunisasi BCG
Pemberian
imunisasi BCG sebaiknya diberikan ketika bayi baru lahir sampai berumur 12 bulan,
tetapi sebaiknya pada umur 0-2 bulan. Hasil yang memuaskan terlihat apabila
diberikan menjelang umur 2 bulan. Imunisasi BCG cukup diberikan hanya satu kali
saja. Pada anak yang berumur lebih dari 2 bulan, dianjurkan untuk melakukan uji
mantoux sebelum imunisasi BCG. Gunanya untuk mengetahui apabila ia telah
terjangkit penyakit TBC. Seandainya hasil uji mantoux positif, maka anak
tidak mendapatkan imunisasi BCG.
Dosis
BCG yang diberikan untuk bayi kurang dari 1 tahun adalah 0,05 ml. imunisasi
diberikan intrakutan di daerah inserti muskulus deltoideus kanan.
BCG ulang tidak dianjurkan karena
manfaatnya diragukan, mengingat:
-
Efektivitas
perlindungan rata-rata hanya sekitar 40%.
-
70%
kasus tuberculosisi berat (meningitis) ternyata mempunyai parut BCG.
-
Kasus
dewasa dengan BTA dahak (Basil Tahan
Asam) positif di Indonesia cukup tinggi (25-36%) walaupun telah mendapatkan BCG
pada masa kanak-kanak (Stephanie, 2003).
3)
Kekebalan
Jaminan
imunisasi tidaklah mutlak 100% bahwa anak anda akan terhindar sama sekali dari
penyakit TBC. Seandainya bayi yang telah mendapatkan imunisasi terjangkit juga
penyakit TBC, maka ia akan menderita penyakit TBC dalam bentuk yang ringan, dan
akan terhindar dari kemungkinan mendapat TBC yang berat, seperti TBC paru yang
parah, TBC tulang atau TBC selaput otak yang dapat mengakibatkan cacat seumur
hidup dan membahayakan jiwa anak anda (Markum, 2002).
4)
Reaksi Imunisasi BCG
Penyuntikan
BCG secara intraderma yang benar akan menimbulkan luka local yang superficial 3 minggu setelah
penyuntikan. Luka yang biasanya tertutup krusta
akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat dalam diameter 4-8 mm.
Biasanya setelah suntikan BCG bayi
akan menderita demam. Bila ia demam setelah
imunisasi BCG umumnya disebabkan oleh keadaan lain. Untuk hal ini dianjurkan agar segera berkonsultasi
dengan dokter (Nakita, 2006).
5)
Efek Samping Pemberian BCG
Umumnya
pada imunisasi BCG jarang dijumpai efek samping. Mungkin terjadi pembengkakan
kelenjar getah bening setempat yang terbatas dan biasanya menyembuhkan sendiri
walau lambat. Bila suntikan BCG dilakukan dilengan atas, pembengkakan kelenjar
terdapat di ketiak (Limfadenitis supuratif di aksila) atau di Leher bagian
bawah itupun kadang-kadang dijumpai. Apabila limfadenitis melekat pada kulit
atau timbul luka/nanah maka dapat dibersihkan (dilakukan drainage) dan
diberikan obat anti tuberkulosisi oral. Pemberian obat anti tuberculosis
sistemik tidak efektif. Suntukan dipaha dapat menimbulkan kelenjar ini biasanya
disebabkan karena teknik penyuntikan yang kurang tepat, yaitu penyuntikan
terlalu dalam (Markum, 2002).
6)
Kontra Indikasi BCG
Tidak
ada larangan untuk melakukan imunisasi BCG, kecuali pada anak yang berpenyakit
TBC akan menunjukkan uji Mantoux positif, atau dengan ada reaksi
seperti: (Biofarma, 2002).
a.
Reaksi uji tuberculosis > 5
mm
b. Menderita infeksi HIV atau dengan resiko
tinggi infeksi HIV
c.
Anak menderita gizi buruk
d.
Sedang menderita demam tinggi
e.
Menderita infeksi kulit yang
luas
f.
Pernah sakit tuberkulosis
g.
Kehamilan
2.
Hepatitis B
Penyakit
hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B pada anak sering menimbulkan gejala minimal
bahkan sering terjadi sub-klinik, namun sering
menyebabkan hepatitis yang kronik, yang dalam kurun waktu 10-20 tahun dapat sering menjadi hepatitis akut.
Hepatitis B juga dapat berkembang menjadi bentuk
fulminan, dengan angka kematian tinggi (Stephanie, 2003).
a.
Tanda dan gejala orang yang
terkena Hepatitis B antara lain :
1.
Panas
2.
Mual muntah
3.
Nafsu makan berkurang
4.
Sakit perut
5.
Mata kuning
6.
Kencing kuning
Imunisasi Hepatitis B diberikan sedini
mungkin setelah lahir.Pemberian imunisasi berdasarkan status HBsAg ibu pada
saat melahirkan sebagai berikut :
-
HBsAg ibu (+) : HBIG 0,5 ml + HB 0,5 ml secara i.m 12 jam pertama.
-
HBsAg ibu (tidak diketahui) : HB
0,5 ml secara i.m 12 jam pertama.
-
HBsAg ibu (-) : HB 0,5
ml secara i.m, saat lahir sampai 2 bulan.
b.
Pencegahan
Pencegahan
dilakukan dengan mencegah kontak virus, baik terhadap pengidap, donor darah (skrining), organ tubuh bahan
transplantasi, maupun alat- alatkedokteran.
Dapat pula dengan pemberian kekebalan melalui imunisasi pasif maupun aktif (Markum, 2002).
c.
Dosis
Dosis maksimal 0,5 ml, intramuscular,
harus diberikan dalam jangka waktu 24 jam, diulang 1 bulan kemudian
(Biofarma, 2002).
d.
Cara Pemberian Imunisasi
Hepatitis B
Pemberian imunisasi hepatitis B yaitu
imunisasi dasar 4 kali dengan masa antara
suntikan satu ke suntikan ke dua 1 bulan, suntikan ke dua ke suntikan ke tiga dan ke empat 5 bulan (Biofarma,
2002).
e.
Kekebalan
Daya
proteksi vaksin hepatitis B cukup tinggi, berkisar antara 94-96% (Markum, 2002).
f. Reaksi Imunisasi Hepatitis B
Reaksi imunisasi yang terjadi biasanya
berupa nyeri pada tempat suntikan, yaitu mungkin disertai dengan timbulnya rasa
panas atau pembengkakan. Reaksi ini akan menghilang dalam waktu 2 hari. Reaksi
lain yang mungkin terjadi ialah demam ringan (Markum, 2002).
g. Efek Samping
Efek
samping yang terjadi pada umumnya ringan, berupa nyeri, bengkak, panas mual
nyeri sendi maupun otot.
h. Kontra Indikasi Hepatitis B
Sampai saat ini masih
belum dipastikan adanya kontra indikasi absolute terhadap pemberian imunisasi hepatitis B. imunisasi tidak
dapat diberikan kepada anak yang
menderita sakit keras (Nakita, 2006).
3. DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus)
1)
Difteri
Difteri
adalah suatu penyakit akut yang bersifat toxin mediated diseases dan disebabkan
oleh kuman Corynebacterium diphateriae.
N ama kuman ini berasal dari Yunani
Dipthera yang berarti Leather hide. Penyakit ini disebutkan pertama kali oleh
Hypocrates pada abad ke 5 SM dan epidemic pertama dikenal pada abad ke 6 oleh
Aetius. Bakteri ini ditemukan pertama kali pada membrane penderita difteri tahun 1883
oleh klebs. Antitoksin ditemukan pertama kali pada akhir abad ke 19 sedang
toksin dibuat sekitar tahun 1920.
Difteri adalah suatu hasil gram positif.
Produksi toksin terjadi hanya bila kuman tersebut mengalami lisogenisasi oleh bakteriofag
yang mengandung informase genetic toksin (Stephanie, 2003).
2)
Pertusis
Partusis
atau batuk rejan/ batuk seratus hari adalah suatu penyakit akut yang disebabakan oleh
bakteri Borditella Pertussis. Ledakan kasus pertusis pertama kali terjadi sekitar
abad 16, menurut laporan Guillaume De Bailluo pada tahun 1578 di Paris dan kuman
itu sendiri baru dapat diisolasi pada tahun 1906 oleh Jules Bordet dan Octave
Gengoy. Sebelum ditemukannya vaksin pertusis, penyakit ini merupakan penyakit
tersering yang menyerang anak-anak dan merupakan penyebab utama kematian.
3)
Tetanus
Tetanus
adalah suatu penyakit akut yang sering bersifat fatal yang disebabkan oleh
eksotoksin produksi kuman Clostridium tetani (Ranuh, 2002).
a.
Cara Pemberian Imunisasi DPT
Pemberian
imunisasi DPT yaitu imunisasi dasar 2-11 bulan, dosis 0,5 cc imunisasi dimulai
pada usia 2 bulan, imunisasi dasar harus diberikan sebanyak 3 kali pemberian
dengan interval 8 minggu, minimal 4 minggu. Cara penyuntikan intramuskuler atau
subkutan dalam dibagian luar paha (Biofarma, 2002).
b.
Kekebalan
Daya
proteksi vaksin difteri cukup baik, yaitu sebesar 80-95%, dan daya proteksi
vaksin tetanus sangat baik, yaitu sebesar 90-95%. Sedangkan daya proteksi
vaksin pertusis masih rendah, yaitu 50-60% (Markum, 2002).
c.
Reaksi Imunisasi
Reaksi
yang mungkin terjadi biasanya demam ringan, pembengkakan dan rasa nyeri
ditempat suntikan selama satu sampai dua hari (Markum, 2002).
d. Efek Samping
Kadang-kadang terdapat akibat
efek samping yang lebih berat, seperti demam tinggi atau kejang, yang biasanya
disebabkan oleh unsur pertusis. Bila hanya diberikan DT (Difteri dan Tetanus)
tidak menimbulkan akibat efek samping demikan (Markum, 2002).
e. Kontra Indikasi
Imunisasi DPT tidak boleh
diberikan kepada anak yang sakit parah dan anak yang menderita kejang, demam
komplek. Juga tidak boleh diberikan kepada anak dengan batuk yang diduga
mungkin sedang menderita batuk rejan dalam tahap awal atau pada penyakit
gangguan kekebalan.
Bila ada suntikan DPT pertama
terjadi reaksi yang berat maka sebaiknya suntikan berikut jangan diberikan lagi
melainkan DT saja (tanpa P). Sakit batuk, pilek, demam atau diare yang sifatnya
ringan, bukan merupakan kontra indikasi yang mutlak, sedangkan anak anda sedang
menderita sakit ringan (Nakita, 2006).
4. Polio
Kata Polio (abu-abu) dan Myelon (sumsum),
berasal dari bahasa latin yang berarti Medulla Spinalis. Penyakit ini
disebabkan oleh virus poliomyelitis pada medulla spinalis yang secara klasik
menimbulkan kelumpuhan.
Poliomyelitis adalah penyakit infeksi akut
yang disebabkan oleh virus polio (Stephanie, 2003).
Polio adalah penyakit menular yang sifatnya
mendadak / cepat disebabkan oleh virus polio yang menyebabkan kerusakan saraf
otak yang mengakibatkan kelumpuhan ( lumpuh layu) dan mengecilkan otot - otot.
a. Kriteria
diagnostik yang memperlihatkan gejala Polio diantaranya :
1. Silent
: tidak ada gejala ( 90 – 95 % )
2. Abortif :
Bila ada epidema atau kontak dengan penderita Polio ( 4 – 8 % )
-
Demam - Sakit kepala
-
Lemah - Nyeri menelan
-
Mual muntah - Batuk pilek
3. Non Paralitik ( 4 – 8 % )
Adanya tanda – tanda diatas, nyeri dan
kaku pada otot – otot leher bagian belakang,
badan dan anggota badan.
4. Paralitik ( 1 – 2 % )
-
Kelemahan
/ paralisys otot leher, abdomen, tubuh, dada dan anggota badan bagian bawah.
-
Refleks menurun /menghilang
-
Bila
disertai delirium, kesadaran menurun, tremor dan kejang.
b.
Etiologi
Virus polio termasuk dalam kelompok
(sub-grup) enteri virus, famili Picomaviridae.
Dikenal 3 macam serotype virus polio yaitu P1, P2 dan P3. virus ini menjadi tidak aktif apabila terkena panas,
formal dehid, klorin dan sinar ultraviolet (Biofarma,
2002).
c.
Cara Pemberian Vaksin Polio
Di Indonesia dipakai vaksin sabin yang
diberikan melalui mulut. Imunisasi dasar diberikan
sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari, dan selanjutnya setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat
dilakukan bersama dengan BCG. Vaksin
Hepatitis B, dan DPT. Bagi bayi yang sedang menetek maka ASI dapat diberikan seperti biasa karena ASI
tidak berpengaruh terhadap vaksin polio. Imunisasi
ulangan diberikan bersamaan dengan DPT. Dosis 1 diberikan saat anak berusia 0-2 bulan (Biofarma, 2002).
d.
Kekebalan
Daya
proteksi vaksin polio sangat baik, yaitu sebesar 96-100%.
e.
Reaksi Imunisasi Polio
Biasanya tidak ada,
mungkin pada bayi akan terdapat bercak-bercak ringan.
f.
Efek Samping
Pada kasus polio hampir tidak ada efek
samping. Bila ada, mungkin berupa kelumpuhan
anggota gerak seperti pada penyakit polio sebenarnya (Markum, 2002).
g.
Kontra Indikasi Polio
a.
Penyakit
akut atau demam (Temp >38 C), imunisasi harus ditunda.
b.
Muntah atau diare berat,
imunisasi ditunda.
c.
Sedang
dalam pengobatan kortikosteroid atau suntikan, juga pengobatan
radiasi umum (termasuk kontak pasien).
radiasi umum (termasuk kontak pasien).
d.
Keganasan
(untuk pasien dan kontak) yang berhubungan dengan system
retikuloendotelial (seperti limfoma, leukeumia dan penyakit Hodgkin) dan anak dengan mekanisme imunologik yang terganggu, misalnya pada hipo-
gamaglobulinemia.
retikuloendotelial (seperti limfoma, leukeumia dan penyakit Hodgkin) dan anak dengan mekanisme imunologik yang terganggu, misalnya pada hipo-
gamaglobulinemia.
e.
Menderita
infeksi HIV atau anggota keluarga sebagai kontak.
5. Campak
Istilah asing untuk penyakit
campak ialah morbilli (latin) measles (Inggris). Penyakit ini sangat mudah menular, kuman
penyebabnya adalah sejenis virus yang termasuk ke dalam golonggan paramiksovirus.
Gejala yang khas pada campak
adalah timbulnya bercak-bercak merah
di kulit (eksantem) 3-5 hari setelah
anak menderita demam, batuk
atau pilek.
Komplikasi campak yang
berbahaya adalah radang otak, (esenfalitis atau
ensefalopati), radang paru-paru radang saluran kemih dan menurunnya keadaan gizi anak (Markum, 2002).
ensefalopati), radang paru-paru radang saluran kemih dan menurunnya keadaan gizi anak (Markum, 2002).
1)
Vaksin
Vaksin
campak dibagi 2 bagian yaitu:
a.
Vaksin yang berasal dari virus
campak, yang hidup dan dilemahkan (tipe
Endomonston B).
Endomonston B).
b.
Vaksin yang berasal dari virus
campak yang dimatikan (Virus campak yang berbeda
dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam aluminium)
(Keputusan Menkes RI No 1059/Menkes/SK/IX/2004).
(Keputusan Menkes RI No 1059/Menkes/SK/IX/2004).
2)
Cara Pemberian Imunisasi Campak
Bayi
baru lahir biasanya telah mendapatkan kekebalan pasif terhadap penyakit campak dari ibunya ketika ia dalam
kandungan. Makin berlanjut umur bayi, maka makin
berkurang kekebalan pasif. Dengan adanya kekebalan pasif inilah jarang seorang bayi menderita campak pada umur 6 bulan
(Markum, 2002).
Menurut
WHO (1973) imunisasi campak cukup
dilakukan hanya 1 kali suntikan setelah
bayi berumur 9 bulan, lebih baik lagi setelah ia berumur lebih dari1 tahun. Karena kekebalan yang diperoleh
berlangsung seumur hidup, maka tidak diperlukan
revaksinasi (imunisasi ulang) (Markum, 2002).
Dosis
dan cara pemberiannya adalah :
1.
Dosis baku minimal untuk
pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah 1000 TCID 50 atau sebanyak 0,5
ml.
2.
Untuk vaksin hidup, pemberian
dengan 20 TCID 50 saja mungkin sudah dapat memberikan hasil yang baik.
3.
Pemberian yang dianjurkan
secara subkutan, walaupun demikian dapat diberikan secara intra muscular.
Perhatian untuk suntikan subkutan
:
a. Arah
jarum 45 º terhadap kulit
b. Cubit
tebal untuk suntikan subkutan
c. Aspirasi
spuit sebelum vaksin disuntikan
d. Untuk
suntikan multiple diberikan pada bagian ekstremitas yang berbeda.
3)
Kekebalan
Daya
proteksi imunisasi campak sangat tinggi yaitu 96-99%. Menurut penelitian, kekebalan yang diperoleh ini
berlangsung seumur hidup, sama langgengnya dengan
kekebalan yang diperoleh bila anak terjangkit campak secara alamiah.
4)
Reaksi Imunisasi Campak
Biasanya
tidak terdapat reaksi akibat imunisasi. Mungkin terjadi demam lebih dari
39 º C selama + 2 hari dan tampak
sedikit bercak merah pada pipi dibawah telinga
pada hari ke-7–8 setelah
penyuntikan. Mungkin pula terdapat pembengkakan
pada tempat suntikan.
5)
Efek Samping
Sangat
jarang, mungkin terjadi kejang yang ringan dan tidak berbahaya pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan. Selain itu
dapat terjadi radang otak berupa ensefalopati
dalam waktu 30 hari setelah imunisasi (Markum, 2002).
6)
Kontra Indikasi Campak
Kontra
indikasi hanya berlaku terhadap anak yang sakit parah, yang menderita TBC tanpa pengobatan, atau yang
menderita kurang gizi dalam derajat berat pada anak
yang pernah menderita kejang, anak dengan alergi berat, anak dengan demam akut dan anak yang mendapat vaksin
hidup lain (Keputusan Menkes RI No
1059/Menkes/SK/IX/2004).
6.
Kondisi anak yang tidak boleh diberi Imunisasi :
a.
Sakit berat dan akut : demam
tinggi
b.
Reaksi alergi yang berat atau
reaksi anafilaktik
c.
Bila anak menderita gangguan
system imun berat ( sedang menjalani terapi steroid jangka lama, HIV) tidak boleh diberi vaksin hidup ( Polio
oral, MMR, BCG,
Cacar Air )
Cacar Air )
d.
Alergi terhadap telur, hindari
imunisasi influenza.
7.
Daftar
Pustaka
Biofarma.
2002. Vademecum. Bandung: Biofarma.
Markum, 2002. Imunisasi Edisi Kedua (Cetak Ulang). Jakarta: FKUI
Nakita. 2006. Panduan Imunisasi. Jakarta: Sarana Kinasih Satya
Sejati.
Stephanie
Cave MD & Deborah Mitchell. 2003. Yang Orang Tua Harus Tahu Tentang Vaksinasi
Pada Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
.Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota.
. Keputusan Menkes RI No
1059/Menkes/SK/IX/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.
.[http://syehaceh.wordpress.com/2008/05/12/Imunisasi
dan Faktor Yang Mempengaruhinya <15 September 2008>].
Hard Rock Hotel & Casino - Mapyro
BalasHapusFind hotels near Hard Rock Hotel 화성 출장안마 & Casino 경상북도 출장마사지 in 안산 출장샵 Hard Rock Lake Tahoe, NV from $66. Hotels near 안동 출장마사지 Hard Rock Hotel & Casino can be found in 익산 출장마사지 the picturesque area.