A. PENGERTIAN
Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai
pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di
dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya.
(Smeltzer & Suzanne C, 2002)
Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang
berbercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga
melibatkan bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W, 1995)
Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah
bronkiolus terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang
terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga pneumonia
lobaris.
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang
biasanya menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh
eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di lobuli yang
berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran
pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya
tahan tubuh.(Sudigdiodi dan Imam Supardi, 1998)
Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru
yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar
alveoli.
B. ETIOLOGI
Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia
diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi
organisme patogen. Orang yang normal dan
sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang
terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia
yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus,
bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia antara lain:
1.
Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
2.
Virus : Legionella pneumoniae
3.
Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
4.
Aspirasi makanan, sekresi
orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
5.
Terjadi karena kongesti paru
yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal
yang terjadi pada pasien yang daya
tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat
dalam mulut dan karena adanya pneumocystis cranii, Mycoplasma. (Smeltzer &
Suzanne C, 2002 )
C. PATHOFISIOLOGI
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran
nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus
influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman.
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut
masukl ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi
kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi
saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut:
1.
Infeksi saluran nafas bagian
bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan
suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
2.
Ekspansi kuman melalui pembuluh
darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan menginfeksinya
mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik
meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang
beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (Soeparman, 1991)
D. MANIFESTASI KLINIS
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi
di saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal,
penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti
menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat
bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis.(Barbara C. long,
1996 )Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika
terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
1.
Pemeriksaan Laboratorium
·
Pemeriksaan darah
·
Pemeriksaan sputum
·
Analisa gas darah
·
Kultur darah
·
Sampel darah, sputum, dan urin
2.
Pemeriksaan Radiologi
§ Rontgenogram Thoraks
·
Laringoskopi/ bronkoskopi
F. ASUHAN KEPERAWATAN
1.Pengkajian
a.
Identitas.
Umumnya anak
dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak dapat
mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain itu daya tahan tubuh yang
menurun akibat KEP, penyakit menahun, trauma pada paru, anesthesia,
aspirasi dan pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
b.
Riwayat Keperawatan.
1. Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai
pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang
disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir,
anoreksia dan muntah.
2. Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai
39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
3. Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
4.
Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan
dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
c. Imunisasi.
Anak yang tidak
mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit infeksi saluran
pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat
untuk melawan infeksi sekunder.
e.
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
Terjadi
penurunan Berat BAdan
f.
Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP)
6. Pemeriksaan Head to toe
a.
Kepala : Bentuk
kepala bulat, simetris, rambut merata, berwarna hitam, tidak mudah dicabut,
tidak kusam, keadaan rambut bersih, tidak ada lesi atau nyeri tekan.
b.
Mata : Kedua mata simetris,
alis mata simetris, konjungtiva berwarna merah, tidak ada oedema reflek cahaya
(+), mampu melirik ke kanan, ke kiri, ke atas, ke bawah bisa melihat benda
dengan jelas.
c.
Telinga: Bentuk simetris, pinna
telinga sejajar dengan epikantus mata, keadaan telinga bagian luar bersih,
tidak tampak serumen, fungsi pendengaran baik, terbukti ketika di panggil nama
nya langsung melirik.
d.
Hidung : Bentuk simetris,
keadaan hidung bersih, tidak terdapat sekret, tidak terdapat perdarahan dari
hidung, terpasang oksigen tambahan, terdapat cuping hidung.
e.
Mulut : Bentuk dan letak bibir
simetris, bibir lembab dan tidak pecah-pecah, gigi bersih jumlah gigi sesuai usia, gusi tidak tampak pembengkakan,
lidah bisa bergerak ke segala arah.
f.
Leher :Tidak teraba
pembengkakan kelenjar getah bening, leher dapat digerakkan ke kiri, kanan,
depan belakang dengan bebas, refleks menelan baik.
g. Dada : Sesak napas, retraksi dada,
melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan cuping hdidung, ronki, wheezing,
takipnea, batuk produktif atau non produktif, pergerakan dada asimetris,
pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi redup pada
daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan
keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek., tachi cardia dan iritable
h.
Abdomen : Bentuk abdomen datar,
bising usus 6x/menit, tidak ada lesi dan tidak terdapat distensi abdomen saat
diperkusi terdengar tympant Anak malas minum atau makan,
muntah, berat badan menurun, lemah. Anak atau bayimenderita diare, atau dehidrasi
i.
Punggung dan Bokong : Bentuk
simetris, tidak tampak kelainan dan bokong tampak bersih.
j.
Ekstremitas
- Ekstremitas Atas
Kedua tangan simetris, kuku, CRT kembali dalam 2 detik, reflek bisep
+ trisep +.kekuatan otot menueurn ,pergeakan bebas.tidak terdapat oedema
-Ekstremitas Bawah
Kedua kaki simetris, , pergerakan bebas, oedema tidak ada li,
refleks babinsky +/+, patela +/+..kuku panjang kekuatan otot.biasanya tonus
otot menurun
k. Integumen : Keadaan kulit bersih, warna kulit sawo matang, tidak
terdapat lesi, keadaan lembab Turgor kulit menurun, membran
mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat, kulit kering,
.
2. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.
Bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan inflamasi
trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
2.
Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas
pembawa aksigen darah, ganggguan pengiriman oksigen.
3.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam
alveoli.
4.
Gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih, penurunan masukan
oral.
5.
Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri bau dan rasa sputum,
distensi abdomen atau gas.
6.
Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas sehari-hari.
3. INTERVENSI
1.
DP : Bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan edema,
peningkatan produksi sputum
Tujuan :
-
Jalan nafas efektif dengan
bunyi nafas bersih dan jelas
-
Pasien dapat melakukan batuk
efektif untuk mengeluarkan sekret
Hasil yang diharapkan :
-
Mempertahankan jalan nafas
paten dengan bunyi nafas bersih/ jelas
-
Menunjukkan perilaku untuk
memperbaiki bersihan jalan nafas
Misalnya: batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
Intervensi :
a.
Auskultasi bunyi nafas, catat
adanya bunyi nafas. Misalnya: mengi, krekels dan ronki.
Rasional: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif dapat
dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas adventisius
b.
Kaji/ pantau frekuensi
pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi
Rasional: Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan atau selama stres/ adanya proses infeksi akut.
Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding
inspirasi.
c.
Berikan posisi yang nyaman buat
pasien, misalnya posisi semi fowler
Rasional: Posisi semi fowler akan mempermudah pasien untuk bernafas
d.
Dorong/ bantu latihan nafas
abdomen atau bibir
Rasional: Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan
mengontrol dipsnea dan menurunkan jebakan udara
e.
Observasi karakteristik batik,
bantu tindakan untuk memoerbaiki keefektifan upaya batuk.
Rasional: Batuk dapat menetap, tetapi tidak efektif. Batuk paling
efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi dada.
f.
Berikan air hangat sesuai
toleransi jantung.
Rasional: Hidrasi menurunkan kekentalan sekret dan mempermudah
pengeluaran.
2. DP : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah,
gangguan pengiriman oksigen.
Tujuan :
-
Perbaikan ventilasi dan
oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tidak ada distres
pernafasan.
Hasil yang diharapkan :
-
Menunjukkan adanya perbaikan
ventilasi dan oksigenasi jaringan
-
Berpartisispasi pada tindakan
untuk memaksimalkan oksigenasi
Intervensi :
a.
kaji frekuensi, kedalaman, dan
kemudahan pernafasan
Rasional :Manifestasi distres pernafasan tergantung pada derajat
keterlibatan paru dan status kesehatan umum
b.
Observasi warna kulit, membran
mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis
Rasional :Sianosis menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh
terhadap demam/ menggigil dan terjadi hipoksemia.
c.
Kaji status mental
Rasional :Gelisah, mudah terangsang, bingung dapat menunjukkan
hipoksemia.
d.
Awsi frekuensi jantung/ irama
Rasional :Takikardi biasanya ada karena akibat adanya demam/
dehidrasi.
e.
Awasi suhu tubuh. Bantu
tindakan kenyamanan untuk mengurangi demam dan menggigil
Rasional :Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan
kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi seluler.
f.
Tinggikan kepala dan dorong
sering mengubah posisi, nafas dalam, dan batuk efektif
Rasional :Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan
pengeluaran sekret untuk memperbaiaki ventilasi.
g.
Kolaborasi pemberian oksigen
dengan benar sesuai dengan indikasi
Rasional :Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.
3.
DP: Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli
Tujuan:
-
Pola nafas efektif dengan
frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru jelas/ bersih
Intervensi :
a.
Kaji frekuensi, kedalaman
pernafasan dan ekspansi dada.
Rasional :Kecepatan biasanya meningkat, dispnea, dan terjadi
peningkatan kerja nafas, kedalaman bervariasi, ekspansi dada terbatas.
b.
Auskultasi bunyi nafas dan
catat adanya bunyi nafas adventisius.
Rasional :Bunyi nafas menurun/ tidak ada bila jalan nafas terdapat
obstruksi kecil.
c.
Tinggikan kepala dan bentu
mengubah posisi.
Rasional :Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan
pernafasan.
d.
Observasi pola batuk dan
karakter sekret.
Rasional :Batuk biasanya mengeluarkan sputum dan mengindikasikan adanya
kelainan.
e.
Bantu pasien untuk nafas dalam
dan latihan batuk efektif.
Rasional :Dapat meningkatkan pengeluaran sputum.
f.
Kolaborasi pemberian oksigen
tambahan.
Rasional :Memaksimalkan bernafas dan menurunkan
kerja nafas.
g.
Berikan humidifikasi tambahan
Rasional :Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu
pengenceran sekret untuk memudahkan pembersihan.
h.
Bantu fisioterapi dada,
postural drainage
Rasional :Memudahkan upaya pernafasan dan meningkatkan drainage
sekret dari segmen paru ke dalam bronkus.
4.
Dp : Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilngan cairan berlebih, penurunan
masukan oral.
Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan dan
elektrolit
Intervensi :
a.
Kaji
perubahan tanda vital, contoh :peningkatan suhu, takikardi,, hipotensi.
Rasional :Untuk menunjukkan adnya kekurangan
cairan sisitemik
b.
Kaji turgor kulit, kelembaban
membran mukosa (bibir, lidah).
Rasional :Indikator langsung keadekuatan masukan
cairan
c.
Catat lapporan mual/ muntah.
Rasional :Adanya gejala ini menurunkan masukan
oral
d.
Pantau masukan dan haluaran
urine.
Rasional :Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan
kebutuhan penggantian
e.
Kolaborasi pemberian obat
sesuai indikasi.
Rasional :Memperbaiki ststus kesehatan
5.
DP: Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder
terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia, distensi abdomen.
Tujuan :
-
Menunjukkan peningkatan nafsu
makan
-
Mempertahankan/ meningkatkan
berat badan
Intervensi :
a.
Identifikasi faktor yang
menimbulkan mual/ muntah.
Rasional :Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
b.
Berikan wadah tertutup untuk
sputum dan buang sesering mungkin, bantu kebersihan mulut.
Rasional :Menghilangkan bahaya, rasa, bau,dari lingkungan pasien dan
dapat menurunkan mual
c.
Jadwalkan pengobatan pernafasan
sedikitnya 1 jam sebelum makan.
Rasional :Menurunkan efek mual yang berhubungan
dengan pengobatan in
d.
Auskultasi bunyi usus,
observasi/ palpasi distensi abdomen.
Rasional :Bunyi usus mungkin menurun bila proses infeksi berat,
distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara dan menunjukkan pengaruh
toksin bakteri pada saluran gastro intestinal
e.
Berikan makan porsi kecil dan
sering termasuk makanan kering atau makanan yang menarik untuk pasien.
Rasional :Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu
makan mungkin lambat untuk kembali
f.
Evaluasi status nutrisi umum,
ukur berat badan dasar.
Rasional :Adanya kondisi kronis dapat menimbulkan malnutrisi,
rendahnya tahanan terhadap infeksi, atau lambatnya responterhadap terapi
6.
DP : Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas hidup sehari-hari.
Tujuan : Peningkatan toleransi terhadap aktifitas.
Intervensi :
a.
Evakuasi respon pasien terhadap
aktivitas.
Rasional :Menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien dan memudahkan
pilihan intervensi
b.
Berikan lingkungan yang tenang
dan batasi pengunjung selama fase akut.
Rasional :Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan
istirahat
c.
Jelaskan pentingnya istitahat
dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbamgan aktivitas dan istirahat.
Rasional :Tirah baring dipertahankan untuk menurunkan kebutuhan
metabolik
d.
Bantu aktivitas perawatan diri
yang diperlukan.
Rasional :Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :EGC
Long, B. C.(1996). Perawatan Madikal Bedah. Jilid 2. Bandung :Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan
Soeparma, Sarwono Waspadji. (1991). Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid II. Jakarta
:Balai Penerbit FKUI
Sylvia A. Price, Lorraine
Mc Carty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta :EGC
0 comments :
Posting Komentar