Oleh
: Cecep Tamahaya S.Kep.,Ners
Endang Hulaepi S.Kep.,Ners
Fitri rusfianti S.Kep.,Ners
A.
KONSEP
DASAR
1.
PENGERTIAN
Ada
beberapa pengertian mengenai Hisprung atau Mega Colon, namun pada intinya sama yaitu, penyakit yang disebabkan oleh obstruksi mekanis yang
disebabkan oleh tidak adekuatnya motilitas pada usus sehingga tidak ada
evakuasi usus spontan dan tidak mampunya spinkter rectum berelaksasi. Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak
adanya sel – sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan
ketidak adaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta
tidak adanya evakuasi usus spontan (Betz,Cecily&Sowden:2000)
Penyakit
Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase
usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir £3Kg,
lebih banyak laki – laki dari pada perempuan. ( Arief Mansjoeer,2000)
2.
ETIOLOGI
Penyakit
ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding usus,
mulai dari spingter ani internus ke arah proksimal, 70 % terbatas di daerah
rektosigmoid, 10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai
seluruh usus sampai pilorus.
Diduga
terjadi karena faktor genetik sering terjadi pada anak dengan Down Syndrom,
kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi,
kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
3.
PATOFISIOLOGI
Penyakit Hirscprung, atau megakolon
kongenital adalah tidak adanya sel-sel ganglion dalam rektum atau bagian
rektosigmoid kolon. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya
peristalsis serta tidak adanya evakuasi usus spontan. Selain itu, sfingter
rektum tidak dapat berelaksasi, mencegah keluarnya feses secara normal. Isi
usus terdorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul di daerah tersebut,
menyebabkan dilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu.
Penyakit hirscprungdiduga terjadi karena faktor-faktor genetik dan faktor
lingkungan, namun etiologi sebanarnya tidak diketahui. Penyakit hairscprung
dapat muncul pada sembarang usia, walaupun sering terjadi pada neonatus.
Sel ganglion parasimpatik dari pleksus aurbach di
kolon tidak ada
¯
Peristaltik segmen kolon turun dan mengenai rektum
dan kolon kongenital bagian bawah
¯
Hipertrofi
¯
Distensi kolon bagian proksimal
¯
Distensi abdomen
Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak
rendah, bayi dengan Penyakit Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis
sebagai berikut. Obstruksi total saat lahir dengan muntaah, distensi abdomen
dan ketidakadaan evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi meconium diikuti
obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala rigan berupa konstipasi
selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut.
Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Adanya
feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila
telah timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi abdomen hebat dan
diare berbau busuk yang dapat berdarah ( Nelson, 2002 ).
4.
MANIFESTASI
KLINIS
1. Masa
neonatal
a.Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir
b.Muntah berisi empedu
c.
Enggan minum
d.Distensi abdomen
2. Masa
bayi dan kanak-kanak
a.
Konstipasi
b.
Diare berulang
c.
Tinja seperti pita, berbau busuk
d.
Distensi abdomen
e.
Gagal tumbuh
5.
PENERIKSAAN
PENUNJANG
a.
Pemeriksaan
yang biasa dilakukan:
1.
Rontgen perut (menunjukkan
pelebaran usus besar yang terisi oleh gas dan tinja)
2.
Barium enema
3.
Manometri anus (pengukuran tekanan sfingter anus dengan cara
mengembangkan balon di dalam rektum)
4.
Biopsi rektum (menunjukkan tidak adanya ganglion sel-sel
saraf)
b. Pemeriksaan Penunjang Penyakit Hirschprung
1. Radiologi
a.
Pada foto polos abdomen
memperlihatkan obstruksi pada bagian distal dan dilatasi kolon proksimal.
b.
Pada foto barium enema memberikan
gambaran yang sama disertai dengan adanya daerah transisi diantara segmen yang
sempit pada bagian distal dengan segmen yang dilatasi pada bagian yang
proksimal. Jika tidak terdapat daerah transisi, diagnosa penyakit hirschprung
ditegakkan dengan melihat perlambatan evakuasi barium karena gangguan
peristaltik.
2. Laboratorium
Tidak ditemukan adanya sesuatu yang khas kecuali jika terjadi
komplikasi, misal : enterokolitis atau sepsis.
3. Biopsi
Biopsi rektum
untuk melihat ganglion pleksus submukosa meisner, apakah terdapat ganglion
atau tidak. Pada penyakit hirschprung ganglion ini tidak ditemukan.
4.
Pemeriksaan colok anus
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yang menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja, kotoran yang menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi pembusukan.
6.
Penatalaksanaan Hirschprung
a.Pembedahan
Pembedahan
pada penyakit hirscprung dilakukan dalam dua tahap. Mula-mula dilakukan
kolostomi loop atau double–barrel sehingga tonus dan ukuran usus
yang dilatasi dan hipertrofi dapat kembali normal (memerlukan waktu kira-kira 3
sampai 4 bulan). Bila umur bayi itu antara 6-12 bulan (atau bila beratnya
antara 9 dan 10 Kg), satu dari tiga prosedur berikut dilakukan dengan cara
memotong usus aganglionik dan menganastomosiskan usus yang berganglion ke
rectum dengan jarak 1 cm dari anus.
Prosedur Duhamel umumnya dilakukan terhadap bayi yang
berusia kurang dari 1 tahun. Prosedur ini terdiri atas penarikan kolon nromal
ke arah bawah dan menganastomosiskannya di belakang anus aganglionik,
menciptakan dinding ganda yang terdiri dari selubung aganglionik dan bagian
posterior kolon normal yang ditarik tersebut.
Pada prosedur Swenson, bagian kolon yang aganglionik
itu dibuang. Kemudian dilakukan anastomosis end-to-end pada kolon
bergangliondengan saluran anal yang dilatasi. Sfinterotomi dilakukan pada
bagian posterior.
Prosedur Soave dilakukan pada anak-anak yang lebih
besar dan merupakan prosedur yang paling banyak dilakukanuntuk mengobati
penyakit hirsrcprung. Dinding otot dari segmen rektum dibiarkan tetap utuh.
Kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus, tempat dilakukannya
anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot rektosigmoid yang tersisa.
b.Konservatif
Pada neonatus dengan obstruksi usus
dilakukan terapi konservatif melalui pemasangan sonde lambung
serta pipa rectal untuk mengeluarkan mekonium dan udara.
c.Tindakan bedah sementara
Kolostomi dikerjakan pada pasien neonatus, pasien
anak dan dewasa yang terlambat didiagnosis dan pasien dengan enterokolitis
berat dan keadaan umum memburuk. Kolostomi dibuat di kolon berganglion normal
yang paling distal.
7.Perawatan
Perawatan
yang terjadi :
a.Pada kasus stabil, penggunaan
laksatif sebagian besar dan juga modifikasi diet dan wujud feses adalah
efektif.
b. Obat kortikosteroid dan obat anti-inflamatori
digunakan dalam megakolon toksik-Tidak memadatkan dan tidak menekan feses
menggunakan tuba anorektal dan nasogastric.
B.
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
a.
Pengkajian.
1.
Identitas.
Penyakit
ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan merupakan kelainan
tunggal. Jarang pada bayi prematur atau bersamaan dengan kelainan bawaan lain.
Pada segmen aganglionosis dari anus sampai sigmoid lebih sering ditemukan pada
anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Sedangkan kelainan yang
melebihi sigmoid bahkan seluruh kolon atau usus halus ditemukan sama banyak
pada anak laki-laki dan perempuan (Ngastiyah, 1997).
2.
Riwayat Keperawatan.
a.
Keluhan utama.
Obstipasi
merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir. Trias yang sering ditemukan
adalah mekonium yang lambat keluar (lebih dari 24 jam setelah lahir), perut
kembung dan muntah berwarna hijau. Gejala lain adalah muntah dan diare.
b.
Riwayat penyakit sekarang.
Merupakan
kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional. Obstruksi total saat lahir
dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evakuasi mekonium. Bayi sering
mengalami konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala ringan berupa konstipasi selama
beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Namun ada
juga yang konstipasi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen, dan
demam. Diare berbau busuk dapat terjadi.
c.
Riwayat penyakit dahulu.
Tidak
ada penyakit terdahulu yang mempengaruhi terjadinya penyakit Hirschsprung.
d.
Riwayat kesehatan keluarga.
Tidak
ada keluarga yang menderita penyakit ini diturunkan kepada anaknya.
e..
Imunisasi.
Tidak
ada imunisasi khusus untuk bayi atau anak dengan penyakit Hirschsprung.
f.
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
Terjadi
gangguan pertumbuhan dan perkembangan
g.
Nutrisi.
Nutrisi kurang dari kebutuhan karena
anak malas makan, mual dan muntah
3.
Pemeriksaan fisik.
a.
Sistem kardiovaskuler.
Tidak
ada kelainan.
b.
Sistem pernapasan.
Sesak
napas, distres pernapasan.
c.
Sistem pencernaan.
Umumnya
obstipasi. Perut kembung/perut tegang, muntah berwarna hijau. Pada anak yang
lebih besar terdapat diare kronik. Pada colok anus jari akan merasakan jepitan
dan pada waktu ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan mekonium atau
tinja yang menyemprot.
e.
Sistem saraf.
Tidak
ada kelainan.
f.
Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Gangguan
rasa nyaman.kelemahan, kekuatan otot menurun.
g.
Sistem endokrin.
Tidak
ada kelainan.
h.
Sistem integumen.
Gangguan
integritas, karena luka terutama pada pasien dengan post op.
i.
Sistem pendengaran.
Tidak
ada kelainan.
C. Diagnosa
Keperawatan pada Askep Hisprung
Pre
Operatif
1.
Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak
adanya daya dorong.
2.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
inadekuat.
3.
Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
4.
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.
5.
Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan keadaan status kesehatan anak.
Post
Operatif
1.
Ganggau rasa nyaman :Nyeri berhubungan
dengan terputusnya kontinuitas jaringan berhungungan dengan luka post op
2.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
adanya luka post op
3.
Resiko komplikasi pascapembedahan
D. Perencanaan
Keperawatan pada Askep Hisprung
Pre
Operatif
1.
Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak
adanya daya dorong.
Tujuan : klien tidak mengalami ganggguan eliminasi dengan
kriteria defekasi normal, tidak distensi abdomen
|
|
Intervensi :
Lakukan Wash out
Monitor
cairan yang keluar dari kolostomi.
Pantau
jumlah cairan kolostomi.
Pantau
pengaruh diet terhadap pola defekasi.
|
Untuk mengencerkan feses sehingga feses dapat keluar
Rasional : Mengetahui warna dan konsistensi feses dan
menentukan rencana selanjutnya
Rasional : Jumlah cairan yang keluar dapatdipertimbangkan
untuk penggantian cairan
Rasional : Untuk mengetahui diet yang mempengaruhi pola
defekasi terganggu.
|
2.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
inadekuat.
Tujuan
: Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria dapat mentoleransi diet sesuai
kebutuhan secara parenteal atau per oral.
|
|
Intervensi
:
Berikan
nutrisi parenteral sesuai kebutuhan.
Pantau
pemasukan makanan selama perawatan.
Pantau
atau timbang berat badan.
|
Rasional : Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
Rasional : Mengetahui keseimbangan nutrisi sesuai
kebutuhan
Rasional : Untuk mengetahui perubahan berat badan
|
Tujuan : Kebutuhan cairan tubuh terpenuhi dengan kriteria
tidak mengalami dehidrasi, turgor kulit normal
|
|
Intervensi :
Monitor tanda-tanda dehidrasi.
Monitor cairan yang masuk dan keluar.
Berikan caiaran sesuai kebutuhan dan yang diprograrmkan.
si
|
Rasional : Mengetahui kondisi dan menentukan langkah
selanjutnya
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh
Rasional : Mencegah terjadinya dehidra
|
4. Gangguan
rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.
Tujuan
: Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria tenang, tidak menangis,
tidak mengalami gangguan pola tidur.
|
|
Intervensi
:
Kaji
terhadap tanda nyeri.
Berikan
tindakan kenyamanan : menggendong, suara halus, ketenangan.
|
Rasional
: Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan langkah selanjutnya
Rasional : Upaya dengan distraksi dapat mengurangi rasa
nyeri
Rasional : Mengurangi persepsi terhadap nyeri yamg
kerjanya pada sistem saraf pusat
|
5.
Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan keadaan
status kesehatan anak
Tujuan
: koping keluarga efektif dengan criteria keluarga mengetahu kondisi klien
dan program serta informasi
penngobatan dan perawatan klien.
|
|
Intervensi
:
Kaji
tingkat pengetahuan keluarga tentang status kesehatan klien.
Berikan
informasi yang tepat tentang konsisi serta program pengobatan dan perawatan klien
Berikan
motivasi pada keluarga.
|
Rasional
: Mengetahui tingkat pengetahuandan menentukan langkah selanjutnya
Rasional : memberikan koping yang kua
Rasional : meningkatkan koping klien
|
Post
Operatif
1.
Gangguan rasa nyaman :Nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan berhungungan dengan luka post op
Tujuan
: Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria tidak nyeri, tanda vital
dalam batas normal
|
|
Intervensi
:
1.
Lakukan
observasi atau monitoring tanda skala nyeri.
2.
Lakukan teknik
pengurangan nyeri seperti teknik pijat punggung (back rub), sentuhan.
3.
Pertahankan
posisi yang nyaman bagi pasien.
4. Kolaborasi dalam pemberian analgesik apabila dimungkinkan.
|
Rasional
: Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan langkah selanjutnya
Rasional : Upaya dengan distraksi dapat mengurangi rasa
nyeri
Rasional : Mengurangi nyeri , memberikan kenyamanan pada
pasien
Rasional : Mengurangi nyeri
|
2.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
adanya luka post op
Tujuan
: Tidak terjadi infeksi dengan criteria tidak terdapat tanda – tanda infeksi
|
|
Intervensi
:
1.
Monitor tempat insisi.
2. Ganti popok yang kering untuk
menghindari konstaminasi feses.
3.
Lakukan keperawatan pada kolostomi atau
perianal.
4. Kolaborasi pemberian antibiotik dalam
penatalaksanaan pengobatan terhadap mikroorganisme.
.
|
Rasional
: untuk mengetahui ada atau tidaknya tanda – tanda infeksi
Rasional : mencegah terjadinya iritasi akibat dari feses
Rasional : Mencegah terjadiya infeksi
Rasional : mencegah terjadinya infeksi dengan membunuh
mikroorganisme
|
3.
Resiko komplikasi pasca pembedahan
Tujuan : tidak terjadi komplikasi
pembedahan dengan kriteria tidak terjadi
striktur ani, adanya perforasi, obstruksi usus,
kebocoran,denganmempertahankan status pascapembedahan agar lebih baik dan
tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.
|
|
Intervensi
1. Monitor tanda adanya komplikasi seperti: obstruksi usus
karena perlengketan, volvulus, kebocoran pada anastomosis, sepsis, fistula,
enterokolitis, frekuensi defekasi, konstipasi, pendarahan dan lain-lain.
2. Monitor peristaltik usus.
3. Monitor tanda vital dan adanya distensi abdomen untuk
mempertahankan kepatenan pemasangan naso gastrik.
|
Rasional :Mengetahui adanya komplikasi
Rasional : peristaltic yang baik
menunjukan tidak adanya komplikasi
Rasional : perubahan TTv akan menujnukan
adanya proses peradangan sebagai respon dari komplikasi tyang terjadi
|
DAFTAR
PUSTAKA
Aziz Alimul Hidayat. 2005.
Pengantar Keperawatan Anak II Edisi I. Salemba Medika. Jakarta
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita
Selekta Kedokteran. FKUI : Jakarta
Nelson. 1998. Ilmu Kesehatan
Anak: Ilmu Pediatric Perkembangan edisi kedua. EGC. Jakarta.
Ngastiyah, 1997, Perawatan
Anak Sakit, EGC, Jakarta.
It was during my research on HIV/Herpes that I stumbled upon the Hiv/Herpes information; information which is quite easy to find when doing a search for STD on google. I was into conspiracy at the time thought of HIV/Herpes Cured' being a conspiracy was something Ignorance though,I found pretty interesting about herbal medicine. I asked questions about the Herbal cure's on official HIV/Herpes websites and I was banned for doing so by moderators who told me that I was parroting Hiv/Herpes propaganda. This reinforced my belief that there is a cure for Hiv/Herpes Then i found a lady from germany name Achima Abelard Dr Itua Cure her Hiv so I send him a mail about my situation then talk more about it and send me his herbal medicine I drank for two weeks.And today I'm Cured no Hiv/Herpes in my life,I searched for Hiv/Herpes groups to attempt to make contact with people in order to learn more about Hiv/Herpes Herbal Cure's I believed at this time that you with the same disease this information is helpful to you and I wanted to do the best I could to spread this information in the hopes of helping other people.That Dr Itua Herbal Medicine makes me believes there is a hope for people suffering from,Parkinson's,Alzheimer’s disease,Bechet’s disease,Crohn’s disease
BalasHapus,Cushing’s disease,Heart failure,Multiple Sclerosis,Hypertension,Colo_Rectal Cancer,Lyme Disease,Blood Cancer,Brain Cancer,Breast Cancer,Lung Cancer,Kidney Cancer,Love Spell,psoriasis,Lottery Spell,disease,Schizophrenia,Cancer,Scoliosis,Fibromyalgia,Fluoroquinolone Toxicity Syndrome Fibrodysplasia Ossificans Progressiva.Infertility,Tach Disease ,Epilepsy ,Diabetes ,Coeliac disease,,Arthritis,Amyotrophic Lateral Sclerosis,Autism,Alzheimer's disease,Adrenocortical carcinoma.Asthma, (measles, tetanus, whooping cough, tuberculosis, polio and diphtheria)Allergic diseases.Parkinson's disease,Schizophrenia,Lung Cancer,Breast Cancer,Colo-Rectal Cancer,Blood Cancer,Prostate Cancer,siva.Fatal Familial Insomnia Factor V Leiden Mutation ,Epilepsy Dupuytren's disease,Desmoplastic small-round-cell tumor Diabetes ,Coeliac disease,Creutzfeldt–Jakob disease,Cerebral Amyloid Angiopathy, Ataxia,Arthritis,Amyotrophic Lateral Scoliosis,Fibromyalgia,Fluoroquinolone Toxicity
Syndrome Fibrodysplasia Ossificans ProgresSclerosis,Seizures,Alzheimer's disease,Adrenocortical carcinoma.Asthma,Allergic diseases.Hiv_ Aids,Herpe ,Copd,Glaucoma., Cataracts,Macular degeneration,Cardiovascular disease,Lung disease.Enlarged prostate,Osteoporosis.
Dementia.,Hiv_ Aids,Herpes,Inflammatory bowel disease ,Copd,Diabetes,Hepatitis,I read about him online how he cure Tasha and Tara,Conley,Mckinney and many more suffring from all kind of disease so i contacted him . He's a herbal doctor with a unique heart of God, Contact Emal..info@drituaherbalcenter.com / drituaherbalcenter@gmail.com Phone or whatsapp..+2348149277967.